Banyak atau sedikitnya harta yang
dimiliki, sama sekali tak bisa dijadikan tolak ukur keikhlasan seseorang. Sama
seperti keikhlasan yang ditunjukkan oleh Mbah Sadiyo, yang dengan sukarela
menambal badan jalan memakai pendapatannya sebagai pemulung. Bukan perhatian
banyak orang yang ingin didapatkannya, melainkan harapan agar tak ada orang
lain yang merasakan kecelakaan sepertinya.
Pekerjaan Mulia yang Berawal dari
Kecelakaan yang Dialaminya
Bukan tanpa sebab, Mbah Sadiyo yang
memiliki nama lengkap Sadiyo Cipto Wiyono memulai pekerjaan mulianya menambal
jalan. Pada tahun 2012, kakek berumur 69 tahun yang tinggal di Sragen, Jawa
Tengah ini mengalami kecelakaan di jalan. Ia yang saat itu tengah mengendarai
becak berisikan barang rongsokan yang dikumpulkannya, terperosok masuk ke dalam
kubangan.
Terperosoknya
becak Mbah Sadiyo ke kubangan tersebut, membuat pelek ban becaknya jadi rusak.
Bermula dari kejadian inilah, Mbah Sadiyo pun bernazar pada dirinya sendiri,
bahwa ia akan menambal jalan berlubang tersebut sekiranya ia mendapatkan
rezeki. Ia tak ingin kejadian yang menimpa dirinya tersebut, dialami kembali
oleh orang lain.
Menambal Lubang Jalan dengan
Pendapatan dari Memulung
Lubang jalan yang pertama kali
ditambal oleh Mbah Sadiyo berlokasi di jalan Banaran-Gondang, Sragen, yang
panjangnya 5 kilometer. Sepanjang jalan itu, tak hanya ada satu lubang saja,
melainkan ada sekitar 8 lubang yang ditambalnya. Lubang jalan tersebut ia
tambal secara swadaya, dengan memakai sisa semen dan pasir yang ada di rumahnya.
Semenjak saat itu, Mbah Sadiyo tak
pernah lupa membawa serta ember berisikan semen dan pasir, serta cangkul. Jika
ada lubang yang ditemukannya di jalan, maka ia langsung akan turun tangan untuk
menambalnya. Hingga sekarang, sudah tertambal puluhan lubang di jalanan yang
kerap dilalui Mbah Sadiyo. Semuanya ia lakukan dengan ikhlas, tanpa
mengharapkan pujian dari orang lain.
Mendengar cerita tentang kesukarelaan
Mbah Sadiyo untuk menambal lubang secara swadaya, tentu Anda berpikir dari mana
ia mendapatkan dananya. Tentu saja pasir dan semen yang ia bawa setiap hari
saat pergi memulung, ia dapatkan secara cuma-cuma. Bahan untuk menambal lubang
tersebut ia beli dengan dana pribadinya sendiri, berasal dari hasil memulungnya
setiap hari.
Tak banyak hasil memulung yang
diperoleh oleh Mbah Sadiyo, namun masih sanggup ia sisihkan untuk membeli pasir
dan semen. Dari kegiatannya memulung selama 5 hari, Mbah Sadiyo mendapatkan
uang sekitar 150 ribu. Uang tersebut kemudian ia belikan semen satu sak, lalu
lebihnya ia berikan kepada istrinya untuk membeli bahan makanan sehari-hari.
Selain dengan memulung, Mbah Sadiyo
juga kerap membantu tetangganya yang kebetulan sedang merenovasi rumah. Dari
pekerjaannya tersebut, Mbah Sadiyo mendapatkan uang tambahan sekitar 50 ribu.
Bagi Mbah Sadiyo, yang penting uangnya cukup untuk membeli beras. Baginya,
kemiskinan yang ia derita tak pantas jadi alasan untuk membuat hatinya pun
miskin untuk berbagi.
Apresiasi untuk Mbah Sadiyo yang
Begitu Inspiratif
Tak mudah menemukan orang dengan hati
mulia seperti Mbah Sadiyo, yang rela berbuat kebaikan bagi orang lain di tengah
keterbatasannya. Makanya, sangat pantas kiranya jika Mbah Sadiyo diberi
apresiasi setinggi-tingginya, berupa kesempatan umroh gratis lewat kampanye
#AwaliDenganKebaikan yang digalakkan Allianz.
Apresiasi Allianz lewat kampanye
#AwaliDenganKebaikan ini, diharapkan bisa menginspirasi orang lain untuk
berbagi kebaikan. Sebagai penyedia asuransi syariah Indonesia, Allianz sadar betul bahwa kebaikan bisa dilakukan oleh siapa
saja. Seperti Anda misalnya yang memulai kebaikan dengan memakai produk asuransi syariah untuk diri Anda
dan anggota keluarga tercinta.